Jumat, 07 Juni 2013

Studi Kelayakan Bisnis


Berbagai Cara Menganalisa Pasar

Berkali-kali saya diingatkan dan mengingatkan diri bahwa saya harus selalu ber
pikiran terbuka dan tidak menutup sebelah mata terhadap berbagai cara pandang orang. Hal ini juga sangat relevan terhadap pandangan kita ketika ingin menganalisa pasar.
Bayangkan kita sebagai seorang buta yang ingin menentukan apakah binatang yang kita pegang adalah seekor gajah. Ketika kita hanya pernah memegang ekor gajah, maka kita mengasosiasikan ekor gajah dengan gajah. Ketika kita hanya pernah memegang telinga gajah, maka kita mengasosiasikan telinga gajah dengan gajah. Ketika kita pernah memegang ekor dan telinga gajah, maka kita akan mengenali suatu binatang sebagai gajah apabila telinga dan ekornya sama dengan apa yang kita kenali sebagai ekor dan telinga gajah. Semakin banyak bagian gajah yang kita kenali, semakin akurat kita dalam menentukan apakah binatang yang kita pegang itu adalah gajah. Moral of the story: Kenalilah sebanyak-banyaknya fakta-fakta dan sudut pandang dari apa yang ingin kita analisa.
Ada berbagai cara pandang ketika kita ingin menganalisa pasar. Menurut saya, cara-cara tersebut bisa dikategorikan sebagai berikut:
  • Technical Analysis (Analisa Teknikal)
Di sini, kita menggunakan informasi yang bersumber dari pasar itu sendiri: harga dan volume transaksi.
Apakah yang kita cari dari analisa teknikal? Menurut saya, kita melihat teknikal analisis untuk mengetahui sentimen para pemain pasar dalam jangka pendek.
Banyak metode-metode analisa teknikal: dari candlestick patterns, berbagai indikator seperti MACD, RSI, berbagai geometric patterns seperti W, M, segitiga, dll. Buku-buku tentang metode-metode analisa teknikal juga bersebaran.
Isu utama yang perlu kita jawab sebelum mengartikan dan menggunakannya adalah memahami konteks kemunculan patterns-patterns tersebut. Contoh simpel: jika kita pernah belajar Candlestick, tentu kita tahu apa yang namanya Doji. Ketika kita melihat Doji, kita harus tahu konteks dari munculnya Doji itu. Misalnya: Apa trend sudah terbentuk sebelum kemunculan Doji? Bagaimana kondisi pasar keseluruhan di hari itu?
Isu kedua yang perlu dibahas adalah evaluasi seberapa efektif teknik-teknik tersebut. Isu kedua ini bisa dibahas dengan lebih baik ketika kita sudah memahami isu pertama.
  • Fundamental Analysis (Analisa Fundamental)
Di sini, kita mengorek-orek informasi tentang sehatnya suatu perusahaan.
Apa yang kita cari? Menurut saya, dengan analisa fundamental kita ingin tahu apakah profitibilitas perusahaan ini bisa tumbuh dan berkelanjutan. Bagaimana kita bisa tahu? Mungkin kita bisa mulai dari mencari tahu apakah industri di mana perusahaan itu beroperasi sedang berkembang. Kita juga ingin tahu apakah perusahaan itu memiliki keunggulan kompetitif dibanding saingan-saingannya. Lebih tinggi lagi, kita ingin tahu kemungkinan-kemungkinan akuisi suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya.
Efek dari analisa fundamental akan terasa di jangka menengah dan jangka panjang.
Menurut saya, analisa fundamental tidak cukup hanya dari melihat laporan keuangannya. Tidak cukup hanya dari melihat P/E ratio.
  • Strategic Analysis (Analisa Strategis)
Di sini, kita tertarik untuk melihat trend-trend ekonomi, sosial, politik, dan demografis dari suatu daerah, negara, kawasan, dan dunia.
Pasar modal tidak hidup sendiri. Dia saling terkait dengan sendi-sendi lain suatu peradaban.
Contoh pertanyaan-pertanyaan berikut termasuk bagian analisa strategis:
  • Apa yang akan terjadi jika Cina menginvasi Taiwan? Apa efeknya ke pasar Hong Kong, Taiwan, Singapura, Jepang, dll? Apa yang akan terjadi dengan Yuan, Hong Kong Dollar, Yen, Emas, Euro, dll?
  • Apa efek dari trend outsourcing ke India?
  • Apa efek dari trend pemanasan global? Minggu lalu saya membaca artikel di Newsweek bahwa negara-negara bagian utara malah diuntungkan dari pemanasan global, sedangkan negara-negara tropis dirugikan.
  • Apa efeknya jika rating SBY-JK turun drastis. Apa efeknya jika SBY terpilih kembali.
Analisa strategis bukanlah hal yang mudah. Banyak faktor-faktor yang bermain. Apalagi faktor-factor itu bersifat dinamis. Buat yang tertarik silakan mencari tahu tentang the Butterfly Effect.
Long Term Capital Management (LTCM) adalah sebuah hedge fund yang dulu sangat sukses di AS. Fund ini diisi oleh orang-orang berkaliber tinggi secara akedemis, beberapa adalah penerima Nobel Prize. Mereka mengekploitasi kesempatan arbitrage di berbagai pasar utang. Selama beberapa tahun, mereka sukses besar, sampai menolak dana baru yang ingin masuk. Tahun 1998, Rusia tidak bisa membayar surat utangnya. Kejadian ini menggoyang pasar surat utang dunia dan membuat strategi LTCM tidak bisa bekerja seperti di waktu-waktu normal. Tentu ada banyak ulasan mengenai mengapa LTCM jatuh pada saat itu (dari leveraging yang berlebihan sampai kesulitan untuk mendapat dana segar). Satu hal yang ingin saya tekankan adalah, menurut saya, LTCM tidak melihat apa yang untuk orang-orang di analisa teknikal bisa melihat => bahwa tanda-tanda bencana bisa dengan jelas terlihat. Buat LTCM, yang notabene dari kalangan akademis, analisa teknikal adalah hal yang tidak ada pondasinya dan tidak perlu dipercaya.
Tulisan di atas tidak menunjukkan bahwa penulis memahami ketiga cara pandang untuk melihat pasar. Saya masih perlu banyak belajar. Masukan dan kritikan sangat diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar